1.
PENGERTIAN
Pendekatan
humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik,
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.
Dalam kaitan itu
maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh
dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
kebutuhan manusia adalah bertingkat-tingkat, terdiri dari tingkatan atau
kebutuhan keamanan, pengakuan dan aktualisasi diri.
Kerangka
Berfikir tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya
perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia
terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Menurut para pendidik aliran ini penyusunan dan penyajian materi pelajaran
harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik
adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk
mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan
potensi mereka.
Para ahli
humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu :
a.
proses pemerolehan
informasi baru
b. personalisasi
informasi ini pada individu.
Menurut Teori
humanistik, tujuan proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu
si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Pendidikan yang
humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah
bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan
antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang
dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh
cintakasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan
relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta
(unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta
relasi pribadi yang efektif (personal relationship).
Dalam mendidik
seseorang kita hendaknya mampu menerima diri sebagaimana adanya dan kemudian
mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar mentransfer
ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik, namun
merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuh kembangkan dirinya secara optimal.
Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang.
Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang.
Pendidikan yang
efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan bagi siswa. Dasar
pendidikannya adalah apa yang menjadi “dunia”, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan
dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the
learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah
bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya.
Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan
yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang
efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya
dan kemudian mem- “fungsi” -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Tujuan sejati
dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta
didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan,
mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar
tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan
yang humanistik serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan
keterampilan yang memadai (income generating skills). Pendidikan dan
pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan
kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang
intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan yang berguna untuk
hidup praktis. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia
muda (N. Driyarkara). Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk
bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi
(semakin “penuh” sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam
masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif.
Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis,
keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang
luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.
2. ASUMSI DASAR MANUSIA MENURUT PENDEKATAN HUMANISTIK
a.
Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan berupaya
menjalin hubungan yang bermakna dan konstruktif dengan orang lain.
b.
Manusia lebih bijak daripada inteleknya
Manusia lebih bijak dari pikiran-pikiran yang disadarinya
bilamana manusia berfungsi dengan cara yang baik dan tidak disentrif.
c.
Manusia adalah makhluk yang mengalami
Yaitu makhluk yang memikirkan, berkehendak, merasakan dan
mempertanyakan. Rogers yakin bahwa inti dari kehidupan yang bernilai terletak
dalam mengalami sebagai pribadi yang mendalam.
d.
Kehidupan ada pada saat ini, kehidupan ialah hidup sekarang
Kehidupan itu lebih dari sekedar tingkah laku otonistik yang
ditentukan oleh peristiwa masa lalu, dan nilai kehidupan terletak pada saat
sekarang, bukan pada masa lalu atau pada saat yang akan datang.
e.
Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektif
Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami berdasarkan dunia
subyektifnya, yaitu bagaimana individu itu memandang diri dan lingkungannya.
f.
Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu
kebutuhan yang terpokok manusia
Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusia
Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusia
g.
Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi
Kecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan,
kesehatan, penyesuaian, sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi.
3.
TOKOH-TOKOH
TEORI HUMANISTIK
a.
Arthur Combs
(1912-1999) Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967)
Mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus
memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain.
b. Combs
Pendapatnya bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti
bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya. Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti
dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil
(1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
c.
Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1) suatu
usaha yang positif untuk berkembang
2) kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih
maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke
arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia
menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang
terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting
yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau
kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
d. Carl
Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak
Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Rogers
membedakan dua tipe belajar, yaitu: 1) Kognitif (kebermaknaan) 2) experiential
( pengalaman atau signifikansi) Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk
memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan
siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya
efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu: 1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya. 2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa 3) Pengorganisasian bahan pengajaran
berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa. 4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
Dari
bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a) Manusia
itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b) Belajar
yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan
maksud-maksud sendiri.
c) Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d) Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e) Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f)
Belajar yang bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
g) Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h) Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i)
Kepercayaan terhadap
diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa
dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j)
Belajar yang paling
berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses
belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model
pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang
dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif.
Pribadi sehat menurut carl rogers diistilahkan pribadi yang
berfungsi secara penuh merupakan pribadi yang ideal dengan karakteristik seperti di
bawah ini :
1.
Keserasian, keserasian antara diri dan pengalaman manusia merevisi gambaran dirinya
agar serasi dengan pengalamannya dan dilambangkan dengan tepat
2.
Keterbukaan terhadap pengalaman
Bila individu berada dalam keadaan
bebas ancaman, maka ia akan terbuka terhadap pengalamannya. Terbuka terhadap
pengalaman adalah kebalikan dari sikap mempertahankan diri. Hal ini berarati,
bahwa setiap stimulus baik yang berasal dari organisme atau dari lingkungan
dapat disampaikan secara bebas melalui sistem saraf tanpa dikaburkan atau
disalurkan menggunakan defence mechanisem.
3.
Penyesuaian diri secara psikologis
Penyesuaian diri secara psikologis
yang optimal akan terjadi bilamana semua pengalaman dapat diasimilasikan pada
tingkat simbolik ke dalam keseluruhan struktur diri.
4.
Eksistensionalitas
Individu cenderung melihat pengalaman dalam istilah yang didiferensiasi (dipilah-pilah), menyadari adanya perbedaan ruang dan waktu, mendasarkan diri pada fakta, menilai dengan berbagai cara, menyadari tingkat-tingkat abstraksi yang berbeda, menguji kesimpulan dan abstraksi dalam realita.
Individu cenderung melihat pengalaman dalam istilah yang didiferensiasi (dipilah-pilah), menyadari adanya perbedaan ruang dan waktu, mendasarkan diri pada fakta, menilai dengan berbagai cara, menyadari tingkat-tingkat abstraksi yang berbeda, menguji kesimpulan dan abstraksi dalam realita.
5.
Matang, kematangan (mature, maturity)
Individu dikatakan menunjukkan
tingkah laku yang matang bilamana ia mempersepsi diri secara realistis, tidak
defensif, menerima tanggung jawab, mengevaluasi pengalaman berdasarkan dari
penginderaannya sendiri, menerima orang lain sebagai individu yang berbeda dari
dirinya dan menghargai diri dan orang lain.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)
Merespon perasaan siswa
b)
Menggunakan ide-ide
siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c)
Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa
d)
Menghargai siswa
e)
Kesesuaian antara
perilaku dan perbuatan
f)
Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa)
g)
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian
itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
Pembelajaran
berdasarkan teori humaristik ini cocok diterapkan untuk materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,dan analisis
terhadap fenomena sosial.Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah,berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
fikir,prilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia
yang bebas,berani,tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan,norma,disiplin / etika yang berlaku.
4. APLIKASI
TEORI HUMANISTIK
Aplikasi Teori
Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk
pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode
yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah :
a. Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
c. Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
d. Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e. Siswa
di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
f. Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g. Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h. Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
5. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Dari beberapa
literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik ini
yakni: humanizing of the classroom, active learning, quantum learning,
quantum teaching, dan the accelerated learning.
a.
Humanizing of the classroom
Model ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah
yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus
asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini
banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini
dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model
“pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari
diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah,
mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan
pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja,
tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat
manusiawi.
b.
Active learning
Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi
dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan
belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa
yang mereka pelajari.Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan
saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit,
dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan
paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus
adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang
dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.
c.
Adapun quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam
interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen
belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode
tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan
potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi
yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa
meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari
metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam
dengan baik.
Sedang
quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan
ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi
fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral.
Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang
efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan
hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya,
model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia
kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian
merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa
(pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan
keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola
sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).
d.
The accelerated learning
Merupakan pembelajaran yang dipercepat.
Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung
secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan
kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic,
Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning
by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah
learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan).
Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati
dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving
and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi
DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan,
permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan
emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.
Dalam buku diuraikan dua model
pembelajaran dalam pendekatan humanistik, yaitu: model pengawasan diri, dan
model reduksi tekanan jiwa.
a.
Model
pengawasan Diri Dengan Mode-mode
Perilaku : mengatur Lingkungan Sekitar Sendiri
Model pengawasan
Diri adalah pola belajar yang diarancang untuk melatih siswa mengenal
prinsip-prinsip perilaku, melakukan pengawasan diri sendiri untuk berperilaku
yang baik. Rancangan pola belajar tersebut mengubah keadaan lingkungan sehingga
mendorong terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.
Urutan Langkah
Mengajar
Pengajaran dengan model Pengawasan Diri
mengenal empat kegiatan sebagai berikut :
a) Langkah
kesatu : guru mengenalkan bahasa tentang pengawasan diri untuk berperilaku
lebih baik.
b) Langkah
kedua : guru mengemukakan
prinsip-prinsip perilaku yang baik.
c) Langkah
ketiga : guru mengajak siswa untuk membuat program pengawasan diri.
d) Langkah
keempat : guru meminta siswa untuk melaksanakan program pengawasan diri
sendiri.
Hubungan guru siswa dalam Model pengawasan Diri
tergolong moderat, yang secara berangsur mmenjadi semakin rendah. Perilaku
hubungan tersebut sebagai berikut :
a) Guru
mengemukakan aturan perilaku dalam melaksanakan program
b) Guru
meminta sisiwa melaksanakan program sendiri
c) Guru
semula melakukan pemantauan, tetapi kemudian mendorong siswa melaksanakan
pengawasan atas kegiatannya sendiri.
d) Siswa
melaksanakan penilaian atas perilaku dan programnya, dan kemudian melakukan
perbaikan atas perilaku programnya sendiri.
Pendukung Keberhasilan Belajar
a) Guru
memberanikan siswa untuk melakukan pengawasan diri atas perilaku sendiri
b) Siswa
melaksanakan program pengawasan diri sendiri
c) Siswa
berani menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan perilakunya sendiri.
b.
Model
Reduksi Tekanan Jiwa : suatu Prosedur Dasar untuk mengurangi Kegelisahan
Model Reduksi :
Tekanan jiwa adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih siswa
dapat mengganti perilaku yang tidak cocok dengan perilaku yang baik, dapat
mengurangi kegelisahan menjadi perilaku yang menyenangkan, dan memiliki
kebiasaan hidup sehat.
Urutan Langkah
Mengajar
Pengajaran
dengan Model Reduksi Tekanan Jiwa mengenal urutan langkah sebagai berikut :
a) Langkah
kesatu : guru mengenalkan program dengan cara meminta siswa untuk duduk secara
santai, sehingga merasa nyaman dan senang.
b) Langkah
kedua : menghangatkan suasanan menuju santai dengan cara menjelaskan orientasi
secara umum tentang jalannya pengajaran.
c) Langkah
ketiga : proses bersantai yang sebenarnya, guru memelihara kenyamanan,
kelembutan dan suasana harmonis.
d) Langkah
keempat : Proses mengakhiri persantaian, guru meminta siswa sepenuhnya
bersantai agar bebas dari ketegangan.
e) Langkah
kelima : guru melaksanakan wawancara dan bertukar pikiran dengan siswa, dalam
kesempatan ini siswa berpendapat tentang proses pengajaran.
Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Hubungan guru siswa tergolog pada
struktur tinggi. Hal ini terjadi pada saat guru menghilangkan kegelisahan,
kekecewaan. Sebagai ilustrasi siswa diminta tenang dalam menghadapi ujian.
Pendukung Keberhasilan Belajar
Pendukung keberhasilan berupa lingkungan
sekitar yang cukup luas,nyaman, tertib, tenang, dan bersuasana santai. Perilaku
guru sendriri bernada lunak, berlahan-lahan, dengan suara merdu dan
menyanangkan.
Dampak Pengajaran dan Dampak Pengiring
Penggunaan model ini bermanfaat dalam
menumbuhkan perilaku harmonis, pengendalian emosi, dan memelihara kesehatan
jiwa. Akibat selanjutnya tumbuh kepercayaan diri untuk pengawasan diri sendiri.
6. KEKURANGAN
DAN KELEBIHAN TEORI HUMANISTIK
Ada beberapa faktor yang membedakan Pendekatan Humanistik dari
pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi, termasuk penekanan pada makna
subjektif, penolakan terhadap determinisme, dan kepedulian terhadap pertumbuhan
positif daripada patologi. Sementara orang mungkin berpendapat bahwa beberapa
teori psikodinamik memberikan visi pertumbuhan yang sehat (termasuk konsep Jung
individuasi), yang lain membedakan karakteristik Pendekatan Humanistik dari
setiap pendekatan lain dalam psikologi (dan kadang-kadang menyebabkan teori
dari pendekatan-pendekatan lain untuk mengatakan Humanistik Pendekatan ini
tidak ilmu sama sekali). Kebanyakan psikolog percaya bahwa perilaku hanya dapat
dipahami secara obyektif (oleh pengamat yang netral), tetapi humanis
berpendapat bahwa hasil ini dalam menyimpulkan bahwa seorang individu tidak mampu
memahami perilaku mereka sendiri – suatu pandangan yang mereka lihat sebagai
paradoks baik dan berbahaya untuk baik kesehatan. Sebaliknya, humanis seperti
Rogers berpendapat bahwa makna pada dasarnya perilaku pribadi dan subjektif;
mereka lebih jauh berpendapat bahwa menerima ide ini tidak ilmiah, karena pada
akhirnya semua individu adalah subjektif: apa yang membuat ilmu pengetahuan
tidak dapat dipercaya bahwa para ilmuwan yang murni objektif, tetapi bahwa
sifat dari kejadian yang diamati dapat disepakati oleh berbagai pengamat (suatu
proses verifikasi intersubjektif panggilan Rogers).
Satu hal patut dicatat, jika kita ingin benar-benar memahami sifat
Pendekatan Humanistik, kita tidak dapat mempertimbangkan dalam istilah abstrak.
Sebaliknya, kita
harus mempertimbangkan apakah dan bagaimana ide-ide berhubungan dengan
pengalaman kita
sendiri – untuk itu adalah bagaimana makna perilaku ini berasal.
Kelebihannya
teori Humanistik yaitu Pembelajarannya siswa harus berusaha agar lambat laun
mampu mencapai aktualisasi diri sebaik baiknya. Sedangkan kekurangan teori
humanistik yaitu Peserta didik kurang mengenal diri dan potensi potensi yang
ada pada diri mereka
KESIMPULAN
Teori humanistik
adalah Teori yang menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah
unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya.
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika telah memahami lingkungan & dirinya sendiri. Teori
belajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa
untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam
mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
Pendekatan
humanistik juga menekan kepentingan peranan guru dalam memberi sokongan dan
mengambil berat, serta bergantung lebih kepada menerangkan sebab sesuatu
perkara perlu dilakukan dengan cara tertentu. Teori ini diamalkan didalam bilik
darjah dimana guru perlu mengambil berat terhadap murid khasnya murid tahun
satu dimana mereka memerlukan perhatian guru dan mereka masih banyak perkara
yang perlu dipelajari contohnya cara menulis nota, cara melukis gambar, cara
menjawab persoalan serta aktivitas kelompok atau aktivittas di dalam diskusi.
Bagi teori ini,
guru perlu memberi sokongan serta motivasi kepada murid kerana murid yang lemah
dari segi pelajaran kurang berminat untuk belajar. Oleh itu murid perlu dididik
dengan tegas dan prihatin kerana mereka perlu perhatian dari guru. Dari itu
teori ini bercirikan kesadaran mereka sebagai insan yang unik mempunyai potensi
yang unggul dan mereka berusaha sedaya upaya untuk mengembangkan potensi
tersebut sepenuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar