Kamis, 01 Desember 2011

PENDEKATAN PEMBELAJARAN HUMANISTIK (MODEL PERILAKU)



1.       PENGERTIAN
Pendekatan humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi  dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Dalam kaitan itu maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kebutuhan manusia adalah bertingkat-tingkat, terdiri dari tingkatan atau kebutuhan keamanan, pengakuan dan aktualisasi diri.
Kerangka Berfikir tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Menurut para pendidik aliran ini  penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka.
Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu :
a.        proses pemerolehan informasi baru
b.       personalisasi informasi ini pada individu.
Menurut Teori humanistik, tujuan proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cintakasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship).
Dalam mendidik seseorang kita hendaknya mampu menerima diri sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuh kembangkan dirinya secara optimal.
Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang.
Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi “dunia”, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian mem- “fungsi” -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanistik serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda (N. Driyarkara). Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin “penuh” sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.

2.     ASUMSI DASAR MANUSIA MENURUT PENDEKATAN HUMANISTIK
a.        Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan berupaya menjalin hubungan yang bermakna dan konstruktif dengan orang lain.
b.        Manusia lebih bijak daripada inteleknya
Manusia lebih bijak dari pikiran-pikiran yang disadarinya bilamana manusia berfungsi dengan cara yang baik dan tidak disentrif.
c.        Manusia adalah makhluk yang mengalami
Yaitu makhluk yang memikirkan, berkehendak, merasakan dan mempertanyakan. Rogers yakin bahwa inti dari kehidupan yang bernilai terletak dalam mengalami sebagai pribadi yang mendalam.
d.        Kehidupan ada pada saat ini, kehidupan ialah hidup sekarang
Kehidupan itu lebih dari sekedar tingkah laku otonistik yang ditentukan oleh peristiwa masa lalu, dan nilai kehidupan terletak pada saat sekarang, bukan pada masa lalu atau pada saat yang akan datang.
e.        Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektif
Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami berdasarkan dunia subyektifnya, yaitu bagaimana individu itu memandang diri dan lingkungannya.
f.         Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu kebutuhan yang terpokok manusia
Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusia
g.        Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi
Kecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan, kesehatan, penyesuaian, sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi.

3.       TOKOH-TOKOH TEORI  HUMANISTIK
a.        Arthur Combs (1912-1999) Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967)
Mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
b.       Combs
Pendapatnya bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
c.        Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1)       suatu usaha yang positif untuk berkembang
2)       kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
d.       Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: 1) Kognitif (kebermaknaan) 2) experiential ( pengalaman atau signifikansi) Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa 3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a)       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b)       Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c)       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d)       Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e)       Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f)        Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g)       Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h)       Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i)        Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j)        Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Pribadi sehat menurut carl rogers diistilahkan pribadi yang berfungsi secara penuh merupakan pribadi yang ideal dengan karakteristik seperti di bawah ini :
1.        Keserasian, keserasian antara diri dan pengalaman manusia merevisi gambaran dirinya agar serasi dengan pengalamannya dan dilambangkan dengan tepat
2.        Keterbukaan terhadap pengalaman
Bila individu berada dalam keadaan bebas ancaman, maka ia akan terbuka terhadap pengalamannya. Terbuka terhadap pengalaman adalah kebalikan dari sikap mempertahankan diri. Hal ini berarati, bahwa setiap stimulus baik yang berasal dari organisme atau dari lingkungan dapat disampaikan secara bebas melalui sistem saraf tanpa dikaburkan atau disalurkan menggunakan defence mechanisem.
3.        Penyesuaian diri secara psikologis
Penyesuaian diri secara psikologis yang optimal akan terjadi bilamana semua pengalaman dapat diasimilasikan pada tingkat simbolik ke dalam keseluruhan struktur diri.
4.        Eksistensionalitas
Individu cenderung melihat pengalaman dalam istilah yang didiferensiasi (dipilah-pilah), menyadari adanya perbedaan ruang dan waktu, mendasarkan diri pada fakta, menilai dengan berbagai cara, menyadari tingkat-tingkat abstraksi yang berbeda, menguji kesimpulan dan abstraksi dalam realita.
5.        Matang, kematangan (mature, maturity)
Individu dikatakan menunjukkan tingkah laku yang matang bilamana ia mempersepsi diri secara realistis, tidak defensif, menerima tanggung jawab, mengevaluasi pengalaman berdasarkan dari penginderaannya sendiri, menerima orang lain sebagai individu yang berbeda dari dirinya dan menghargai diri dan orang lain.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)        Merespon perasaan siswa
b)       Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c)        Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d)       Menghargai siswa
e)        Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f)        Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
g)       Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Pembelajaran berdasarkan teori humaristik ini cocok diterapkan untuk materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,dan analisis terhadap fenomena sosial.Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola fikir,prilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,berani,tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,norma,disiplin / etika yang berlaku.

4.       APLIKASI TEORI HUMANISTIK
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
a.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b.     Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
c.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
d.     Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g.     Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h.     Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

5.     MODEL-MODEL PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik ini yakni: humanizing of the classroom, active learning, quantum learning, quantum teaching, dan the accelerated learning.
a.        Humanizing of the classroom
Model ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
b.        Active learning
Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.
c.        Adapun quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.
       Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).
d.        The accelerated learning
Merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Dalam buku diuraikan dua model pembelajaran dalam pendekatan humanistik, yaitu: model pengawasan diri, dan model reduksi tekanan jiwa.
a.       Model pengawasan Diri  Dengan Mode-mode Perilaku : mengatur Lingkungan Sekitar Sendiri
Model pengawasan Diri adalah pola belajar yang diarancang untuk melatih siswa mengenal prinsip-prinsip perilaku, melakukan pengawasan diri sendiri untuk berperilaku yang baik. Rancangan pola belajar tersebut mengubah keadaan lingkungan sehingga mendorong terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran dengan model Pengawasan Diri mengenal empat kegiatan sebagai berikut :
a)       Langkah kesatu : guru mengenalkan bahasa tentang pengawasan diri untuk berperilaku lebih baik.
b)       Langkah kedua : guru   mengemukakan prinsip-prinsip perilaku yang baik.
c)       Langkah ketiga : guru mengajak siswa untuk membuat program pengawasan diri.
d)       Langkah keempat : guru meminta siswa untuk melaksanakan program pengawasan diri sendiri.
Hubungan guru siswa dalam Model pengawasan Diri tergolong moderat, yang secara berangsur mmenjadi semakin rendah. Perilaku hubungan tersebut sebagai berikut :
a)       Guru mengemukakan aturan perilaku dalam melaksanakan program
b)       Guru meminta sisiwa melaksanakan program sendiri
c)       Guru semula melakukan pemantauan, tetapi kemudian mendorong siswa melaksanakan pengawasan atas kegiatannya sendiri.
d)       Siswa melaksanakan penilaian atas perilaku dan programnya, dan kemudian melakukan perbaikan atas perilaku programnya sendiri.
Pendukung Keberhasilan Belajar
a)       Guru memberanikan siswa untuk melakukan pengawasan diri atas perilaku sendiri
b)       Siswa melaksanakan program pengawasan diri sendiri
c)       Siswa berani menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan perilakunya sendiri.
b.       Model Reduksi Tekanan Jiwa : suatu Prosedur Dasar untuk mengurangi Kegelisahan
Model Reduksi : Tekanan jiwa adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih siswa dapat mengganti perilaku yang tidak cocok dengan perilaku yang baik, dapat mengurangi kegelisahan menjadi perilaku yang menyenangkan, dan memiliki kebiasaan hidup sehat.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran dengan Model Reduksi Tekanan Jiwa mengenal urutan langkah sebagai berikut :
a)       Langkah kesatu : guru mengenalkan program dengan cara meminta siswa untuk duduk secara santai, sehingga merasa nyaman dan senang.
b)       Langkah kedua : menghangatkan suasanan menuju santai dengan cara menjelaskan orientasi secara umum tentang jalannya pengajaran.
c)       Langkah ketiga : proses bersantai yang sebenarnya, guru memelihara kenyamanan, kelembutan dan suasana harmonis.
d)       Langkah keempat : Proses mengakhiri persantaian, guru meminta siswa sepenuhnya bersantai agar  bebas dari ketegangan.
e)       Langkah kelima : guru melaksanakan wawancara dan bertukar pikiran dengan siswa, dalam kesempatan ini siswa berpendapat tentang proses pengajaran.
Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Hubungan guru siswa tergolog pada struktur tinggi. Hal ini terjadi pada saat guru menghilangkan kegelisahan, kekecewaan. Sebagai ilustrasi siswa diminta tenang dalam menghadapi ujian.
Pendukung Keberhasilan Belajar
Pendukung keberhasilan berupa lingkungan sekitar yang cukup luas,nyaman, tertib, tenang, dan bersuasana santai. Perilaku guru sendriri bernada lunak, berlahan-lahan, dengan suara merdu dan menyanangkan.
Dampak Pengajaran dan Dampak Pengiring
Penggunaan model ini bermanfaat dalam menumbuhkan perilaku harmonis, pengendalian emosi, dan memelihara kesehatan jiwa. Akibat selanjutnya tumbuh kepercayaan diri untuk pengawasan diri sendiri.

6.       KEKURANGAN DAN KELEBIHAN TEORI  HUMANISTIK
Ada beberapa faktor yang membedakan Pendekatan Humanistik dari pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi, termasuk penekanan pada makna subjektif, penolakan terhadap determinisme, dan kepedulian terhadap pertumbuhan positif daripada patologi. Sementara orang mungkin berpendapat bahwa beberapa teori psikodinamik memberikan visi pertumbuhan yang sehat (termasuk konsep Jung individuasi), yang lain membedakan karakteristik Pendekatan Humanistik dari setiap pendekatan lain dalam psikologi (dan kadang-kadang menyebabkan teori dari pendekatan-pendekatan lain untuk mengatakan Humanistik Pendekatan ini tidak ilmu sama sekali). Kebanyakan psikolog percaya bahwa perilaku hanya dapat dipahami secara obyektif (oleh pengamat yang netral), tetapi humanis berpendapat bahwa hasil ini dalam menyimpulkan bahwa seorang individu tidak mampu memahami perilaku mereka sendiri – suatu pandangan yang mereka lihat sebagai paradoks baik dan berbahaya untuk baik kesehatan. Sebaliknya, humanis seperti Rogers berpendapat bahwa makna pada dasarnya perilaku pribadi dan subjektif; mereka lebih jauh berpendapat bahwa menerima ide ini tidak ilmiah, karena pada akhirnya semua individu adalah subjektif: apa yang membuat ilmu pengetahuan tidak dapat dipercaya bahwa para ilmuwan yang murni objektif, tetapi bahwa sifat dari kejadian yang diamati dapat disepakati oleh berbagai pengamat (suatu proses verifikasi intersubjektif panggilan Rogers).
Satu hal patut dicatat, jika kita ingin benar-benar memahami sifat Pendekatan Humanistik, kita tidak dapat mempertimbangkan dalam istilah abstrak. Sebaliknya, kita harus mempertimbangkan apakah dan bagaimana ide-ide berhubungan dengan pengalaman kita sendiri – untuk itu adalah bagaimana makna perilaku ini berasal.
Kelebihannya teori Humanistik yaitu Pembelajarannya siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri sebaik baiknya. Sedangkan kekurangan teori humanistik yaitu Peserta didik kurang mengenal diri dan potensi potensi yang ada pada diri mereka
KESIMPULAN

Teori humanistik adalah Teori yang menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memahami lingkungan & dirinya sendiri. Teori belajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
Pendekatan humanistik juga menekan kepentingan peranan guru dalam memberi sokongan dan mengambil berat, serta bergantung lebih kepada menerangkan sebab sesuatu perkara perlu dilakukan dengan cara tertentu. Teori ini diamalkan didalam bilik darjah dimana guru perlu mengambil berat terhadap murid khasnya murid tahun satu dimana mereka memerlukan perhatian guru dan mereka masih banyak perkara yang perlu dipelajari contohnya cara menulis nota, cara melukis gambar, cara menjawab persoalan serta aktivitas kelompok atau aktivittas di dalam diskusi.
Bagi teori ini, guru perlu memberi sokongan serta motivasi kepada murid kerana murid yang lemah dari segi pelajaran kurang berminat untuk belajar. Oleh itu murid perlu dididik dengan tegas dan prihatin kerana mereka perlu perhatian dari guru. Dari itu teori ini bercirikan kesadaran mereka sebagai insan yang unik mempunyai potensi yang unggul dan mereka berusaha sedaya upaya untuk mengembangkan potensi tersebut sepenuhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar